Notification

×

Iklan Tampilan Dekstop

Iklan Tampilan HP

Kepala Dusun di Desa Bani Amas Dukung Program Ketahanan Pangan Nasional Berhasil Budi Daya Cabe Rawit dan Seledri

Jumat, 02 Mei 2025 | Mei 02, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-02T15:28:37Z

 

Kebun Cabe Rawit dan Seledri Milik Ato, Kepala Dusun Sentagi Desa Bani Amas 


π—•π—˜π—‘π—šπ—žπ—”π—¬π—”π—‘π—š, π—―π—Όπ—Ώπ—±π—²π—Ώπ˜π˜ƒ.𝗼𝗻𝗹𝗢𝗻𝗲  — Ato, Kepala Dusun Sentagi di Desa Bani Amas, Kecamatan Bengkayang, Kalimantan Barat, menyatakan dukungannya terhadap program ketahanan pangan nasional yang menjadi prioritas Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Melalui kegiatan bertani, Ato berhasil memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk budi daya cabe rawit dan seledri, sekaligus meningkatkan ekonomi keluarga dan masyarakat di sekitarnya. 


Dalam wawancara terbaru, Ato menyampaikan bahwa ia sangat mendukung program pemerintah terkait ketahanan pangan dan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai langkah produktif. "Intinya kita turut mendukung program Pak Presiden tentang ketahanan pangan dan juga kita bisa memanfaatkan pekarangan rumah supaya ada nilai ekonomis. Itu yang pertama, dan kedua karena cabe ini harganya cukup mahal di pasaran. Saya berpikir daripada saya beli cabe, mendingan saya bikin beli ikan asin, makanya saya nanam cabai untuk beli ikan asin. Itu mungkin yang menginspirasi saya selama ini," ungkap Ato.


Pria Paruh Baya yang mulai menanam cabe sejak tahun 2004 ini mengaku bahwa budidaya cabe rawit merupakan kegiatan yang cukup menantang, karena tanaman ini sangat rentan terhadap gagal panen jika tidak dirawat dengan cermat. "Saya menanam cabe ini sebenarnya sudah lama, cuma pernah juga berhenti karena memang tanaman cabe rawit ini paling rentan. Kalau tidak cermat merawat, bisa gagal total. Tapi saya tetap semangat karena potensi hasilnya cukup menjanjikan," ujarnya.


Dari segi ekonomi, Ato menjelaskan bahwa hasil panen cabe rawit cukup menjanjikan. "Kalau dihitung dari jumlah tanaman yang saya tanam, misalnya sekitar 200 batang dalam polibag, dalam seminggu saya bisa panen sekitar 10 sampai 15 kilogram cabe. Harga cabe saat ini bervariasi tergantung musim dan cuaca, mulai dari Rp. 50.000 sampai Rp. 120.000 per kilogram," katanya.


Selain itu, Ato juga memanfaatkan waktu luangnya untuk bercocok tanam. “Sebagai pelayan masyarakat, kita sebenarnya masih punya waktu luang. Jadi, kita manfaatkan pekarangan karena jarak tempuh menuju tempat kerja pun dekat. Dengan waktu satu hingga dua jam setiap hari, kita bisa mengelola tanaman ini sambil melayani masyarakat,” jelasnya.


Ato menambahkan bahwa kebutuhan akan cabe rawit di Kabupaten Bengkayang masih sangat tinggi dan pasokan dari luar daerah, seperti Singkawang, masih mendominasi pasar. "Kebutuhan cabe di Bengkayang ini masih sangat besar, karena pasokan dari luar daerah masih sering masuk. Jadi, peluang untuk menanam cabe di sini masih sangat terbuka dan menguntungkan," tuturnya.


Selain cabe rawit, Ato juga mulai mencoba menanam seledri jenis fana merah. Ia melihat bahwa selama ini seledri banyak diimpor dari Pontianak, sehingga ia berinisiatif untuk menanam sendiri guna memenuhi kebutuhan lokal. "Saya coba menanam seledri ini karena selama ini banyak diimpor, dan saya ingin berkontribusi agar kebutuhan seledri di Bengkayang bisa terpenuhi dari hasil tani lokal," katanya.


Ato berharap, kegiatan bercocok tanam ini tidak hanya meningkatkan ekonomi keluarga, tetapi juga turut mendukung program ketahanan pangan nasional yang diusung oleh pemerintah. Ia yakin, dengan semangat dan inovasi, masyarakat di desa dapat lebih mandiri dan berdaya saing dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.



Rep. Latip Ibrahim 

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update